Lahirnya Wali Keturunan Tanah Jawa, Sunan Kalijaga pada Masa Majapahit dan Dididik Sunan Ampel

16 Juli 2022, 15:33 WIB
Lahirnya Wali Keturunan Tanah Jawa, Sunan Kalijaga pada Masa Majapahit dan Dididik Sunan Ampel /

PORTAL MAJALENGKA- Lahirnya seorang wali keturunan asli Jawa yang kelak akan mendakwahkan Islam melalui seni dan budaya bernama Raden Mas Sa’id atau Raden Mas Sahid alias Sunan Kalijaga.

Dikutip Portal Majalengka dari Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni 2016 bahwa Raden Mas Sa’id  kecil dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada pertengahan abad  ke 15 M.

Berbarengan dengan masa akhir Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa. Mengenai tahun kelahirannya, terdapat sedikit perbedaan di kalangan para pengkaji.

Baca Juga: Macan Tutul Hendak Terkam Seorang Habib, Beruntung Mbah Kholil Cucu Sunan Gunung Jati Datang

Sebagian menyebut kelahirannya pada tahun 1430 M. Sementara yang lainnya menyatakan tahun 1450 M atau 1455 M.

Pendapat kedua tampaknya lebih dapat diterima dan  menjadi acuan banyak para penulis sejarah, karena perhitungan usianya yang mencapai 131 tahun dihitung berdasarkan kelahirannya pada tahun 1455 M dan wafatnya pada tahun 1586 M.

Jika dihitung berdasarkan eksistensi kerajaan-kerajaan abad pertengahan di Pulau Jawa, masa hidup Sunan Kalijaga mengalami empat masa kerajaan di Pulau Jawa; akhir Kerajaan Majapahit, Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam Pajang, dan (awal) Kerajaan Mataram Islam.

Baca Juga: Wali Sakti Syekh Muhammad Sholeh di Gunung Santri, Utusan Sunan Gunung Jati

Masa hidupnya yang panjang  tersebut dapat dibagi dalam beberapa tahapan masa berikut;  masa kecil dan masa remaja, masa dewasa (mencari ilmu), masa menyiarkan agama Islam dan berdakwah, dan masa  akhir hayatnya.

Masa kecil Raden Said (Sahid) tidak banyak diceritakan, kecuali ia hidup bersama keluarganya di Tuban, Jawa Timur.

Sejak kecil, Raden Said telah dididik agama Islam, belajar alQur’an dan menjalankan kewajiban agama Islam, seperti shalat  dan puasa.

Baca Juga: KISAH WALI SUFI, Saat Kejujuran Abu Nawas Diuji Oleh Bangsa Jin

Meskipun pada waktu itu Kerajaan Majapahit  masih tetap eksis menjelang keruntuhannya, namun agama Islam sudah mulai berkembang di wilayah Tuban.

Islamisasi Walisongo telah mulai berjalan dan Kerajaan Majapahit cukup toleran terhadap agama Islam. Selain belajar di Tuban, dalam sumber lain disebutkan bahwa Raden Said juga sempat belajar  di Pesantren Ampel Denta, Surabaya, milik Sunan Ampel.

Nampaknya, di sini ia belajar agama Islam melanjutkan  pelajaran agamanya di Tuban hingga usia remaja. Namun dalam  usia remaja, cerita mengenai Raden Sa’id banyak memberikan
keterangan sebagai seorang yang nakal dan suka merampok.

Sejak remaja Saden Sa’id telah memperhatikan lingkungan  sekeliling sekitar Karasidenan Tuban di bawah Tumenggung  Walatikta, ayahnya sendiri.

Ketika itu, di Keresidenan Tuban, terjadi kesenjangan sosial yang mengkhawatirkan. Raden  Said mengetahui kewajiban pemberian upeti sebagai bentuk  ketidak-adilan, karena upeti itu diberikan kepada raja, bukan kepada rakyat jelata yang mendirita.

Ia akhirnya mulai berpikir untuk membela rakyat jelata dengan cara memberikan upeti itu  kepada mereka.

Upaya pun dilakukannya dengan mencuri upeti di malam hari. Ia memasuki gudang tempat penyimpanan upeti untuk Kerajaan Majapahit, lalu mengambilnya untuk dibagikan  kepada warga miskin dan papa yang lebih memerlukannya.

Raden Walatikta, ayahnya yang menjabat sebagai Adipati Tuban, berusaha mencari tahu si pencuri upeti dan memerintahkan pengamanan yang ketat di wilayahnya.

Ia pun berusaha untuk mengetahui si pencuri, karena telah banyak menguras upeti-upeti tersebut, sehingga ayahnya bersiap-siap untuk menangkapnya.

Suatu malam Adipati Walatikta, berhasil
menangkap pencuri upeti itu, yang tak lain adalah putranya sendiri. Merasa malu dengan ulah putranya, Walatikta kemudian nmengusirnya keluar dari rumahnya.

Dia akan menerimanya  kembali di Tuban jika Raden Mas Sa’id mampu menggetarkan dinding-dinding Kadipaten Tuban melalui bacaan ayat suci al- Qur’an. ***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Jurnal Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni 2016

Tags

Terkini

Terpopuler