Leluhur Gus Dur di Sulawesi Selatan Wali Sakti, yang Mengislamkan Raja Lamdusalat

14 Juli 2022, 21:26 WIB
Leluhur Gus Dur di Sulawesi Selatan Wali Sakti, yang Mengislamkan Raja Lamdusalat /Screenshot foto YouTube Aliqul Channel/

PORTAL MAJALENGKA - Gus Dur memiliki leluhur yang berada di Sulawesi Selatan, yakni Wali Allah yang sakti.

KH Abdurrahman Wahid nama Gus Dur berkali-kali ziarahi makan sorang wali yang terletak di Tosora Wajo Sulawesi Selatan.

Wali tersebut diyakini sebagai sesepuh Walisongo yang mendakwahkan Islam di Nusantara.

Baca Juga: SAAT GUS DUR Dibuat Bingung Oleh Seorang Wali Santri

Gus Dur sendiri masih keturunan Wali tersebut, baik melalui jalur ayahnya juga ibunya.

Gus Dur mengisahkan sosok leluhurnya sebagai pembuka jalan hadirnya Islam di berbagai penjuru Nusantara.

Termasuk di Sulawesi Selatan yang dipercaya sebagai akhir perjalanan dakwahnya.

Baca Juga: SUBHANALLAH, Meski Sudah Wafat, Gus Dur Rutin Sumbang Rp 2 Miliar Bantu Orang Miskin

Dikutip dari kanal YouTube Ahmad Muktamar Badrudin tayang pada 20 April 2020, menceritakan Gus Dur dan makan wali.

Wali yang diziarahi Gus Dur tersebut adalah keturunan Rasulullah SAW ke-19. Peran beliau luas dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Nama beliau adalah Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini atau yang dikenal juga dengan sebutan Syekh Jumadil Kubro.

Baca Juga: Foto Patung Prabu Siliwangi Terpampang di Museum Volkenkunde Belanda, Susur Jejak ke Talaga Manggung

Makam Syeikh Jamaluddin Akbar Al-Husaini terletak di Tosora Wajo Sulawesi Selatan

Syeikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini, salah satu tokoh penting dalam penyiaran agama Islam di Nusantara.

Beliau juga merupakan bapak, kakek serta leluhur dari Walisongo.

Setelah menetap beberapa lama berdakwah serta mengislamkan penduduk tanah Jawa, beliau kemudian bertolak ke Tanah Bugis.

Dia tiba di Tosora tahun 1232. Di sini beliau mengislamkan Raja Lamdusalat (La Maddusila Datu Tanete).

Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husain kemudian membangun Masjid di Tosora, dan mengadakan pengajian.

Untuk menarik minat warga masyarakat, beliau mengadakan latihan bela diri "Langka".

Masyarakat kemudian mengenalnya dengan Langka Ara' (permainan gerakan Arab).

Oleh karena kegiatan ini dilakukan di sekitar masjid masyarakat di Tanah Bugis.

Kemudian mereka menamai masjid atau musholla sebagai Langkara (Langka Arab: tempat permainan gerakan orang Arab).***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler