Malam harinya baginda Raja Harun Al-Rasyid mengumpulkan para Qadhi dan alim ulama di istananya dan menjelaskan perihal polemik si saudagar yang datang dari Negeri Kopiah itu.
"Tolong berikan pertimbangan kepadaku malam ini juga, karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya untuk menerimanya menghadap esok pagi," kata Baginda Sultan
"Atau aku akan mendapat malu besar,"
Baca Juga: Kekejaman PKI Terhadap 2 Anak yang Otomatis Jadi Yatim Piatu Saat Kedua Orang Tuanya Dibunuh
Suasana istana pun hening senyap berkepanjangan mereka termenung memikirkan perintah sultannya. Namun tidak juga ditemukan jalan keluarnya
"Ya Tuanku Syekh Alam tidak ada hukumnya baik menurut kitab maupun logika bahwa nadzar itu boleh diganti dengan barang lain," kata tertua Qadhi itu
Esok pagi menjelang subuh Baginda pun teringat kepada Abu Nawas. Diutuslah pengawal memanggil Abu Nawas.
Setelah Abu Nawas tiba dihadapannya, Baginda pun menjelaskan perihal nazar saudagar dari Negeri Kopiah itu dan semua usaha yang sudah ditempuhnya serta malu besar yang akan didapatnya sebentar lagi.
Baca Juga: Kisah Tragis Mantan Gubernur Jawa Timur Pertama yang Menjadi Korban PKI pada 10 November 1948
"Apa pendapatmu tentang hal itu?," tanya Baginda Sultan dengan sorot mata ingin tahu jawaban Abu Nawas.