Burung beo itulah yang akan dibuat menjebak kedua pengawal bengis istana.
Pagi-pagi sekali Abu Nawas sudah tiba di istana. Dia membawa burung beo di tangannya.
Di depan gerbang lagi-lagi dia dicegat pengawal.
“Ada perlu apa lagi kau di sini ?” kedua pengawal kembali menghardik Abu Nawas.
“Sudah kubilang, kau tidak akan bisa bertemu Baginda!”ucap sang pengawal.
“Maaf, kemarin aku keliru, Aku sebenarnya hendak memberikan burung beo ini kepada Baginda. Tapi aku keliru mengambilnya. Baginda pasti marah-marah mendapat kiriman burung nuri itu.
Semua orang tahu, baginda sangat benci burung nuri. Dia pernah tersesat di hutan gara-gara burung nuri keparat itu. Maafkan aku, aku telah membuat baginda marah!” bujuk Abu Nawas seolah-olah cerita itu benar-benar terjadi.
“Taruhlah saja disitu! Biar aku nanti yang akan menyerahkan kepada baginda!” perintah pengawal istana.
Terpengaruh bujukan Abu Nawas, kedua kaki tangan Abudahi itu pun menukar burung beo dengan nuri. Setelah itu mereka menyerahkannya kepada baginda.
Keduanya bersukaria karena sebentar lagi Abu Nawas pasti akan mendapat hukuman yang setimpal dari Baginda.