Kedua, yaitu kepemimpinan dan modal sosial untuk membangun desa. Modal sosial di sini adalah sifat masyarakat desa itu sendiri. Seperti yang kita tahu, masyarakat desa sangat kuat dengan gotong royongnya.
“Seperti halnya di Putridalem, masih mengenal tradisi Mangobeng (membantu tetangga dalam melaksanakan hajat),” tandasnya.
Ketiga, tentu saja memperhatikan nilai lokal. Menurut Endah, produk desa wisata sangat berbeda dengan produk wisata di kota maupun objek wisata. Jika wisatawan ingin memesan hotel berbitang di desa wisata, tentu tidak akan ada.
Desa wisata dibuat untuk wisatawan yang ingin merasakan, menikmati, dan melakukan beragam aktivitas yang ada di desa.
Gampangnya, prinsip desa wisata adalah Menjual Desa, Tanpa Kehilangan Desanya. Yang akan dibeli dan dirasakan oleh wisatawan saat berwisata ke desa wisata adalah nuansa dan kehidupan di desa.
“Misalnya, saat menyajikan hidangan makan di homestay, biarkan kuliner lokal muncul dan dicicip wisatawan. Misal belalang goreng, sayur rebung, singkong, adalah jamuan tradisional yang harus dimunculkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua panitia Engkus Kusnadi menyampaikan ucapan terimakasih ke Pemdes Putridalem.
Pemuda Kaputren mendukung penuh langkah yang dilakukan Kepala Desa. Iapun bakal ikut mewujudkan langkah Pemdes menjadi desa wisata Budaya, dengan tetap memaksimalkan arahan pelaksanan dan penerapan prokes.