Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek Sempat Dilarang di Tiongkok

31 Januari 2022, 19:40 WIB
Ilustrasi. Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek Sempat Dilarang di Tiongkok //Pixabay/ctrlaltdck

PORTAL MAJALENGKA - Tahun Baru Imlek, bagi masyarakat Tiongkok juga dikenal sebagai Festival Musim Semi.

Bagi mereka Tahun Baru Imlek sangat penting, karena bagian dari budaya dan tradisi dalam menyambut tahun baru dalam penggalan tradisional Tiongkok, yakni penaggalan Lunar.

Jika menelisik sejarah, mengutip dari chinahighlights.com, asal usul Festival Tahun Baru Imlek muncul sekitar 3.500 tahun yang lalu.

Baca Juga: Berikut 3 Barang Sederhana yang Dapat Digunakan sebagai Hiasan Perayaan Imlek

Tahun Baru Imlek yang saat ini kita lihat telah berkembang dalam jangka waktu yang lama. Dengan adat istiadatnya yang telah mengalami proses perkembangan yang panjang.

Seperti semua festival tradisional di Tiongkok dan negara-negara di Asia pada umumnya, termasuk Indonesia. Tahun Baru Imlek penuh dengan cerita dan mitos.

Salah satu yang paling populer adalah tentang binatang mitos Nian (nyen) yang memakan ternak, hasil bumi, dan bahkan manusia pada malam tahun baru.

Baca Juga: Simak 6 Makanan Ringan dan Simbolisasinya di Tahun Baru Imlek

Untuk mencegah Nian menyerang orang dan menyebabkan kehancuran, orang menaruh makanan di depan pintu mereka untuk Nian.

Konon, sesosok orang tua yang bijak mengetahui bahwa Nian takut suara keras (petasan) dan warna merah.

Kemudian, orang-orang memasang lentera merah dan gulungan merah di jendela dan pintu mereka untuk mencegah Nian masuk.

Baca Juga: Berikut 3 Barang Sederhana yang Dapat Digunakan sebagai Hiasan Perayaan Imlek

Dan meletakkan bambu (kemudian diganti dengan petasan) untuk menakut-nakuti Nian. Monster Nian tidak pernah muncul lagi.

Berdasarkan catatan sejarah Tiongkok, beberapa orang percaya bahwa Tahun Baru Imlek berasal dari Dinasti Shang (1600–1046 SM).

Ketika orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada awal atau akhir setiap tahun.

Istilah Nian (tahun) pertama kali muncul pada Dinasti Zhou (1046–256 SM). Sudah menjadi kebiasaan untuk mempersembahkan korban kepada leluhur atau dewa, dan menyembah alam untuk memberkati panen pada pergantian tahun.
Tanggal festival, hari pertama bulan pertama dalam kalender lunar Tiongkok, ditetapkan pada Dinasti Han (202 SM – 220 M).

Kegiatan perayaan tertentu menjadi populer, seperti membakar bambu untuk membuat suara retak yang keras.

Dalam dinasti Wei dan Jin (220–420), selain menyembah dewa dan leluhur, orang mulai menghibur diri sendiri.

Kebiasaan sebuah keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah, makan malam, dan begadang di malam tahun baru berasal dari masyarakat biasa.

Kemakmuran ekonomi dan budaya selama Dinasti Tang, Song, dan Qing mempercepat perkembangan Festival Musim Semi. Kebiasaan selama festival menjadi mirip dengan zaman modern.

Menyalakan petasan, mengunjungi sanak saudara dan teman, serta makan siomay menjadi bagian penting dalam perayaan tersebut.

Kegiatan yang lebih menghibur muncul, seperti menonton tarian naga dan singa selama Pameran Kuil dan menikmati pertunjukan lampion.
Fungsi Festival Musim Semi berubah dari yang religius menjadi menghibur dan sosial, lebih seperti sekarang ini.

Perayaan Tahun Baru Imlek dan kalender lunar pada tahun 1912, oleh pemerintah revolusioner sempat dihapus.

Saat itu, mereka mengadopsi kalender Gregorian dan menjadikan 1 Januari sebagai awal resmi tahun baru.

Setelah 1949, Tahun Baru Imlek baru diadakan lagi dan berganti nama menjadi Festival Musim Semi. Itu terdaftar sebagai hari libur nasional.

Saat ini, dengan perkembangan sejarah yang begitu panjang, membuat Tahun Baru Imlek lebih menarik dan penuh warna. ***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler