Kerajaan Mataram Karangasem Ahli Tata Kota, Mampu Jawab Tantangan Generasi Zaman yang Panjang

- 15 November 2022, 11:10 WIB
Ruas Jalan Pejanggik di Kota Mataram sebagai saksi sejarah masa lalu.
Ruas Jalan Pejanggik di Kota Mataram sebagai saksi sejarah masa lalu. /KlikMataram/Bambang Parmadi/

 

PORTAL MAJALENGKA - Ruas Jalan Pejanggik dan Jalan Langko di Lombok, NTB, sudah terbentang sejak sebelum Kolonial Belanda.

Pohon-pohon kenari yang berjejer di kanan kiri Jalan Langko dan Jalan Pejanggik di Kota Mataram.

Beberapa catatan dan dokumen-dokumen sejarah yang ditinggalkan Belanda menjelaskan kondisi kedua jalan tersebut.

Baca Juga: KISAH CINTA SEJATI NAN ROMANTIS, Putri Pramodawardhani dengan Raja Manuku di Masa Kerajaan Mataram Kuno

Tampaknya pemimpin Kerajaan Mataram Karangasem memang mempunyai keahlian tata kota yang mampu memberi jawaban untuk sebuah generasi zaman yang panjang.

Hingga hari ini Jalan Langko dan Pejanggik tidak pernah tergantikan, melainkan hanya direnovasi dan dihiasi seiring waktu.

Demikian pula dengan jalan-jalan dan kawasan pemukiman di Cakranegara yang ditata sedemikian rupa.

Baca Juga: Sultan Agung, Sosok Raja Mataram Islam yang Sakti Mandraguna

Tulisan dalam The Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia volume V, June 1851.

Ahli botani dari Swiss Heinrich Zollinger menjelaskan tentang Mataram sebagai ibukota kerajaan.

Berjarak 3 mil dari pantai Pelabuhan Ampenan. Satu mil berupa jalan berkelok dan dua mil sisanya adalah jalan lurus menuju Mataram. 

Baca Juga: Sunan Drajat Memiliki Ajian Tujuh Sap Tangga

Zollinger menyebut jalan lurus itu sangat indah.

Lebarnya sekitar 20 meter dan di kanan kirinya tumbuh Pohon Ara yang berjajar menaungi sepanjang jalan itu.

Menurut Zollinger, belum pernah dia temukan avenue atau jalan-jalan seindah itu di manapun.

Struktur tata kota setelah perempatan Karang Jangkong hingga beberapa kilometer ke arah timur. Dalam setiap jarak sekitar 100 atau 150 meter terdapat perempatan.

Begitu juga dengan bagian selatan, mengikuti tata kota yang di utara dengan struktur berplat-plat segi empat.

Dengan demikian setiap lingkungan atau karang itu berformat segi empat teratur dari barat ke timur.

Begitu juga dari utara ke selatan juga berbentuk segi empat, yang pada saat itu didiami oleh para pendatang dari Bali sebagai lingkar terdalam kerajaan.

Kondisi ini mulai berubah sejak Kerajaan Mataram Karangasem kalah perang. Kemudian Pemerintah Kolonial Belanda mulai mengubah fungsi dan peruntukan kawasan.

Cakranegara djadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi.

Keberadaan Kota Mataram khususnya struktur kawasan di Cakranegara saat ini yang kesannya teratur sudah terdesain sekitar ratusan tahun lalu, ketika Kerajaan Mataram Karangasem berkuasa.

Pada saat-saat akhir kekuasaannya Kerajaaan Mataram Karangasem berpusat di Cakarnegara dengan jalan yang tembus ke Jalan Pejanggik dan pusat Kota Mataram di sebelah barat.

Ruas Jalan Pejanggik inilah saksi sejarah. Pusat kekuasaan di sini adalah Puri Ukir Kawi di sisi timur simpang empat Cakranegara.

Ketika Belanda masuk ke Lombok dan memenangkan peperangan dengan Kerajaan Mataram Karangasem kondisi Cakranegara dan Mataram mengalami kehancuran.

Belanda sebagai pemenang mulai menata kota itu kembali. Pusat pemerintahannya berpusat di Mataram.

Kantor Gubernur NTB dan Kantor Walikota Mataram saat ini bisa disebut sebagai kelanjutan dari yang dulu dikembangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai pusat pemerintahan.

Sedangkan kawasan Cakranegara berkembang menjadi pusat niaga sampai sekarang.

Artikel ini terbit di  Klik Mataram dengan judul Nama Jalan hingga Tata Kota Jadi Saksi Sejarah Mataram Tempo Dulu. ***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Klik Mataram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah