Mereka berdua berjalan menelusuri pantai hingga akhirnya keduanya melewati sebuah perahu. Lalu, keduanya meminta agar pemi- liknya mau mengantarnya. Pemilik perahu mengetahui bahwa penumpangnya itu adalah Khidir maka ia pun membawa keduanya tanpa upah.
Di dalam perahu, Musa melihat Khidir melobangi perahu. Lalu Musa berkata, “Me- ngapa kamu melobangi perahu itu yang akibat- nya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”
Khidir berkata, “Bukankah aku telah berkata sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.”
Jawab Musa, “Janganlah engkau menghu- kumku karena kelupaanku dan janganlah eng- kau membebani dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.”
Yang pertama itu dilakukan Musa karena ia lupa.
Kemudian ada seekor burung hinggap di perahu dan paruhnya dipatukkan ke air laut.
Baca Juga: KISAH WALI SUFI, Abu Nawas Memaksa Sang Raja Meniup Pantatnya
Kemudian, Khidir berkata kepada Musa, “Jika ilmuku dan ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah, ilmu kita itu tidak lain hanyalah seperti air yang diambil oleh burung itu dengan paruhnya itu.” Setelah itu keduanya keluar dari perahu.
Ketika keduanya sedang berjalan di tepi laut, Khidir melihat seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain. Tiba-tiba Khidir menjambak rambut anak itu dengan ta- ngannya kemudian membunuhnya.