Gus Dur Berkali-kali Ziarah ke Makam Seorang Wali di Sulawesi Selatan, Leluhur Walisongo dan Sunan Gunung Jati

10 Juni 2022, 06:48 WIB
Gus Dur Berkali-kali Ziarah ke Makam Seorang Wali di Sulawesi Selatan, Leluhur Walisongo dan Sunan Gunung Jati /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid berkali-kali ziarahi makan sorang wali yang terletak di Tosora Wajo Sulawesi Selatan.

Wali tersebut diyakini sebagai sesepuh Walisongo termasuk Sunan Gunung Jati yang mendakwahkan Islam di Nusantara.

Gus Dur sendiri masih keturunan Wali tersebut, baik melalui jalur ayahnya juga ibunya.

Baca Juga: Gus Dur dan 3 Ulama Besar Ini Tidak Berani Masuk Makam Sunan Gunung Jati, Rahasia Pintu Selalu Terkunci

Gus Dur mengisahkan sosok leluhurnya sebagai pembuka jalan hadirnya Islam di berbagai penjuru Nusantara.

Termasuk di Sulawesi Selatan yang dipercaya sebagai akhir perjalanan dakwahnya.

Dikutip dari kanal YouTube Ahmad Muktamar Badrudin tayang pada 20 April 2020, menceritakan Gus Dur dan makan wali.

Baca Juga: Doa Ketika Menghadapi Kesusahan, Amalan Gus Dur dari Walisongo Sunan Ampel Guru Sunan Gunung Jati

Wali yang diziarahi Gus Dur tersebut adalah keturunan Rasulullah SAW ke-19. Peran beliau luas dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Nama beliau adalah Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini atau yang dikenal juga dengan sebutan Syekh Jumadil Kubro.

Makam Syeikh Jamaluddin Akbar Al-Husaini terletak di Tosora Wajo Sulawesi Selatan. 

Baca Juga: Ratu Sihir Calon Arang Dikerjai Sunan Bonang, Sungai Brantas Dibelokkan, Kisah Walisongo dan Sunan Gunung Jati

Syeikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini, salah satu tokoh penting dalam penyiaran agama Islam di Nusantara.

Beliau juga merupakan bapak, kakek serta leluhur dari Walisongo.

Setelah menetap beberapa lama berdakwah serta meng-Islam penduduk tanah Jawa, beliau kemudian bertolak ke Tanah Bugis.

Dia tiba di Tosora tahun 1232. Di sini beliau meng-Islamkan Raja Lamdusalat (La Maddusila Datu Tanete).

Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husain kemudian membangun Masjid di Tosora, dan mengadakan pengajian.

Untuk menarik minat warga masyarakat, beliau mengadakan latihan bela diri "Langka".

Masyarakat kemudian mengenalnya dengan Langka Ara' (permainan gerakan Arab).

Oleh karena kegiatan ini dilakukan di sekitar masjid, maka masyarakat di Tanah Bugis.

Kemudian menamai masjid/musholla sebagai Langkara (Langka Arab: tempat permainan gerakan orang Arab).***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler