Perjalanan Sunan Gunung Jati Mengejar Cita-Cita Menjadi Guru Agama di Cirebon (2)

31 Mei 2022, 20:10 WIB
Sunan Gunung Jati memilih tempat di ang jauh dari pusat kekuasaan saat menjadi "guru agama" di Cirebon, untuk mengenal.karakter masyarakat dan memudahkan menyebarkan Islam /Masjid Agung Sang Cipta Rasa

PORTAL MAJALENGKA - Tahun pertamanya di Cirebon, Sunan Gunung Jati berperan sebagai guru agama menggantikan Syaikh Datuk Kahfi yang telah wafat.

Sunan Gunung Jati mengambil tempat di Gunung Sembung Pesambangan, untuk menjalankan perannya sebagai guru agama.

Gunung Sembung Pasambangan terletak agak jauh dari istana dan pusat Cirebon. Kondisi ini menguntungkan Sunan Gunung Jati karena dapat lebih dekat dengan masyarakat.

Baca Juga: Inilah Makanan Kesukaan Sunan Gunung Jati, Jadi Menu Wajib saat Pertemuan Dewan Walisongo di Cirebon

Sunan Gunung Jati dengan mudah mempelajari watak dan karakter masyarakat setempat.

Hal itu juga mendukung bagi strategi Sunan Gunung Jati dalam membangun dakwah dan ptoses Islamisasi di Cirebon.

Selepas Gunung Sembung Pasambangan, Sunan Gunung Jati melanjutkan dakwahnya ke dukuh Babadan dan daerah lain di sekitarnya.

Baru etelah itu Sunan Gunung Jati melanjutkan perjalanannya ke Banten untuk mengajarkan Islam di sana dan kembali lagi ke Cirebon.

Baca Juga: Sinar Terpancar Terang dari Wajah Mungil Nyimas Rara Santang, Sabda Prabu Siliwangi: Dia Calon Ibu Para Raja

Ada anggapan bahwa kepergian Sunan Gunung Jati ke Banten merupakan permintaan beberapa utusan dari Banten yang kebetulan datang ke Amparan Jati, dan melihat secara langsung perkembangan agama Islam yang diajarkannya.

Strategi di atas sangat menguntungkan bagi jalan dakwah Sunan Gunung Jati karena dia lebih dulu dikenal oleh masyarakat sebelum tampil ke pusat kekuasaan.

Pengalaman itu tentu sangat memudahkan bagi Sunan Gunung Jati saat diserahi tugas memimpin Cirebon, karena telah mengenal watak masyarakat yang dipimpinnya.

Upaya Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam mengalami perkembangan yang sangat cepat  di daerah Jawa Barat, terutama Banten dan Cirebon.

Figur Sunan Gunung Jati sebagai ulama dan umara membuatnya mudah dalam menjalankan dakwahnya, terutama dengan prinsip bil hikmah yang digenggamnya.

Baca Juga: Kehebatan Prajurit Pajajaran yang Tidak Terkalahkan, Bagian Strategi Perang Prabu Siliwangi yang Luar Biasa

Sunan Gunung Jati paham bahwa Islam bukan ajaran yang meresahkan, tetapi membawa kenyamanan bagi masyarakat terutama dengan toleransi yang dipegang Sunan Gunung Jati terhadap budaya lokal.

Untuk mendukung keberhasilan dakwahnya ini, Sunan Gunung Jati juga melakukan pernikahan antarbangsa yang tujuannya mengeratkan kesatuan etnis di Cirebon.

Sunan Gunung Jati menggunakan posisinya sebagai penguasa yang secara ekonomi dan politik mempunyai tawaran yang membuat warga tertarik pada ajaran Islam yang diajarkannya. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati karya Eman Suryaman

Tags

Terkini

Terpopuler