Terungkap, Para Terduga Teroris Kumpulkan Dana dari Kotak Amal di Masjid dan Restoran

18 Agustus 2021, 12:41 WIB
Densus 88 Antiteror Polri menangkap 37 terduga teroris dari 10 provinsi. /Pixabay

PORTAL MAJALENGKA -  Terungkap, terduga teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri, mengumpulkan dana untuk kegiatan mereka dari kotak amal.

Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Kalbar Brigjen (Pol) Rudi Tranggono mengatakan, mereka semua terlibat jaringan teroris.

Mereka sengaja dipengaruhi dan dicuci otaknya dengan paham-paham radikal.

Baca Juga: Setelah Baku Tembak, Satgas Nemangkawi Klaim Berhasil Kuasai Markas Kelompok Teroris Papua

"Sehingga nanti mereka dapat melakukan aksi teror yang dapat meresahkan masyarakat," kata Rudi Tranggono dalam keterangan tertulisnya dilansir dari Antara.

Dia menjelaskan, terduga teroris yang ditangkap kemarin, adalah mereka yang bertugas mencari dana untuk kegiatan-kegiatan mereka melalui kotak-kotak amal yang ada di restoran.

Selain itu di masjid-masjid yang tanpa diketahui jika uang itu untuk mendukung kegiatan mereka.

Baca Juga: Densus 88 Sebut 37 Terduga Teroris di 10 Provinsi Sebagian Besar Anggota Kelompok JI

Padahal, kata Kabinda Kalbar, niat masyarakat yang menyumbang untuk bersedekah, namun oleh kelompok-kelompok itu malah menggunakan uang sedekah itu untuk kegiatan terorisme.

"Ini sangat bahaya, sehingga semua pihak harus tetap waspada, namun harus optimis karena nawaitu kita untuk bersedekah. Namun harus waspadalah jangan sampai uang sedekah dari masyarakat malah digunakan untuk organisasi teroris," ujarnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat agar tetap cerdas saat bersedekah, kalau ada kotak amal yang mengatasnamakan yayasan yatim piatu atau pondok pesantren harus dicek apakah sudah terdaftar di instansi pemerintah.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sejumlah Wilayah saat PPKM dan Jelang HUT Kemerdekaan RI

Sementara itu, ia meresahkan perkembangan dari paham-paham radikal tersebut.

"Kemarin ada penerimaan untuk tenaga kesehatan, dari 40 orang yang mendaftar setelah diseleksi tinggal sembilan orang, dari sebanyak itu yang tidak paham Pancasila ada tiga orang, dan yang berpaham radikalisme dari hasil TWK (tes wawasan kebangsaan) dan mental ideologi ada enam orang. Artinya anak muda yang tidak paham Pancasila dan berpaham radikalisme sekarang sudah banyak," jelasnya.

Terkait dengan adanya teroris di Kalbar, dia mengibaratkan, jika Pontianak dialiri oleh sungai yang besar dan tidak berombak namun akan menghanyutkan.

"Begitu juga dengan adanya terorisme yang ada di Kalbar ini, padahal kita selama ini sama sekali tidak menganggap ada teroris di sini, namun ternyata ada yang ditangkap di Kalbar," ungkapnya.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler