KISAH Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Membangun Kesultanan Cirebon

- 23 Maret 2022, 06:00 WIB
KISAH Sukses Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Membangun Kesultanan Cirebon/foto andik cr prmn
KISAH Sukses Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Membangun Kesultanan Cirebon/foto andik cr prmn /

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Gunung Jati merupakan putra mahkota dari Rara Santang dan Sultan Hud Mesir.

Sunan Gunung Jati juga merupakan Cucu Prabu Siliwangi yang menikah dengan Nyai Subang Larang dan melahirkan Rara Santang.

Kemudian ia pulang ke Cirebon dan mendakwahkan Islam di Tanah Jawa hingga membangun Kesultanan Cirebon bersama Pamannya Walangsungsang atau dikenal Pangeran Cakrabuana.

Baca Juga: Simak Harga Rata-Rata Minyak Goreng dan Sejumlah Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, selain perluasan wilayah juga dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dibangun untuk menjadikan Caruban sebagai pusat peradaban Islam.

Upaya pembangunan tersebut bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat, membuat akses sosial ekonomi masyarakat, keamanan masyarakat, membuka jaringan internasional, dan membuat pusat peradaban Islam.

Adapun 5 pembangunan yang menjadikan Cirebon sebagi pusat peradaban diantaranya yaitu:

Baca Juga: Update Ranking Pebulutangkis Ganda Putra Indonesia: Marcus-Kevin Masih Kokoh, Bagas-Fikri Naik 7 Strip

1. Pada tahun 1483, keraton lama Dalem Pakungwati yang dulu dibangun oleh Cakrabuwana diperluas dan ditambah dengan bangunan-bangunan pelengkap juga tembok keliling setinggi 2,5 meter dengan ketebalan 80 cm pada areal tanah seluas 20 hektar.

Selanjutnya, untuk keamanan diba- ngun tembok setinggi 2 meter mengelilingi ibukota, meliputi areal seluas 50 hektar.

Tembok keliling itu tentu saja dilengkapi dengan pintu gerbang, yang salah satu dari pintu gerbang itu diberi nama Lawang Gada;

Baca Juga: Sejarah Ampel Denta, Asal-usul Lokasi Bergurunya Sunan Gunung Jati kepada Sunan Ampel

2. Pembangunan pangkalan perahu yang terletak di sebelah tenggara keraton di tepi Sungai Kriyan.

Pangkalan perahu itu dilengkapi dengan gapura yang disebut Lawang Sanga, bengkel perahu, istal kuda kerajaan, dan pos-pos penjagaan.

Tujuan dibangun adalah untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak dan sebagai pintu utama penjagaan dan keamanan.

Baca Juga: Marc Marquez Kembali Alami Gangguan Penglihatan Ganda setelah Crash di Sesi Pemanasan MotoGP 2022 Mandalika

(3) Di pelabuhan Muara Jati dilakukan perbaikan dan penyempurnaan bangunan-bangunan untuk fasilitas pelayaran seperti mercu suar yang dulu dibuat oleh Ki Ageng Tapa dengan dibantu oleh orang-orang Cina.

Di pelabuhan ini dibangun pula bengkel untuk memperbaiki perahu berukuran besar yang mengalami kerusakan dengan memanfaatkan orang-orang Cina ahli pembuat Jung yang dahulu dibawa oleh Laksamana Cheng Ho.

Pelabuhan Muara Jati pada masa itu merupakan pasar tempat transaksi perda- gangan rempah-rempah, beras, hewan potong, dan tekstil. Oleh sebab itu, di sekitar Muara Jati banyak pedagang asing bermukim seperti dari Cina dan Arab.

Baca Juga: David da Silva dan Bruno Cantanhede serta 7 Pemain Persib Lainnya Terancam Larangan Main di Laga Terakhir

4. Pembangunan sarana transportasi dilaksanakan sebagai upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu dibangunlah sarana transportasi penunjang pelabuhan laut berupa saluran transportasi melalui sungai dan jalan darat.

Mengenai jalan darat, pembangunan jalan besar dimulai dari alun- alun keraton Pakungwati ke pelabuhan Muara Jati.

Pembangunan jalan itu tujuannya agar para pedagang asing atau para utusan dari kerajaan lain yang masuk ke pelabuhan Muara Jati dapat secara mudah bertemu dengan Sunan Gunung Jati apabila mereka mau menghadap atau membicarakan sesuatu.

Baca Juga: Swiss Open 2022, Inilah Jadwal Pertandingan Babak Pertama Malam Ini

5. Pos Keamanan, untuk menjaga dan memelihara keamanan dibentuk pasukan keamanan yang disebut Pasukan Jagabaya dengan jumlah dan kualitas yang memadai.

Pasukan Jagabaya ini di tempatkan di pusat kerajaan dan tentu saja di setiap wilayah yang sudah dikuasai oleh Kesultanan Cirebon.

Sunan Gunung Jati yang menjadi raja di Kesultanan Cirebon adalah seorang anggota Wali Songo. Sehingga segala aktivitasnya tentu saja tidak terlepas dari upaya menyebarkan agama Islam.

Untuk itulah, pada tahun 1480, Sunan Gunung Jati mendirikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di samping kiri keraton dan di sebelah barat alun-alun.

Baca Juga: Aksi Kocak Pembalap MotoGP Franco Morbidelli Pinjam Motor Polisi

Dalam membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa itu, Sunan Gunung Jati dibantu oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.

Adapun yang menjadi arsitek dari masjid itu ialah Raden Sepat, mantan arsitek Majapahit. Sunan Gunung Jati menjadikan masjid sebagai pusat dakwah Islam, oleh karena itu di setiap wilayah bawahan Cirebon dibangun masjid jami.

Sebagai pemimpin politik dan agama, Sunan Gunung Jati membentuk sistem dan struktur kenegaraan yang didasarkan pada paham kekuasaan religius.

Adapun esensi dari paham kekuasaan religius adalah meletakan kekuasaan politik pada karakter adiduniawi dan adimanusiawi.

Baca Juga: Swiss Open 2022 Dimulai Malam Ini, Indonesia Siap Raih Juara

Mosi pemerintahan Sunan Gunung Jati bentuknya merupakan perpaduan    antara    sistem    pengelolaan negara dengan dakwah agama Islam sehingga aspek-aspek pemerintahan, pengendalian masyarakat, dan pengembangan agama menyatu menjadi bagian yang tidak terpisahkan.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah