Batoro Katong Manusia Sakti Setengah Dewa Duduki Wilayah Tak Bisa Ditaklukkan Walisongo dan Sunan Gunung Jati

- 26 Maret 2023, 07:05 WIB
Ilustrasi. Batoro Katong Manusia Sakti Setengah Dewa Duduki Wilayah yang Tak Bisa Ditaklukkan Walisongo dan Sunan Gunung Jati
Ilustrasi. Batoro Katong Manusia Sakti Setengah Dewa Duduki Wilayah yang Tak Bisa Ditaklukkan Walisongo dan Sunan Gunung Jati /YouTube penerus para Nabi

Kakaknya, Lembu Kenongo atau Raden Fatah mendirikan kesultanan Demak Bintoro di ujung kekuasaan Majapahit.

Walisongo yang membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.

Baca Juga: Takjil Sehat Tanpa Sirup? Perlu Coba Minuman Segar Ini Buat Buka Puasa! Ini Resep dan Cara Bikinnya

Walaupun kemudian Prabu Brawijaya gagal masuk Islam, tetapi perkawinannya dengan putri Cempa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit.

Diperistrinya putri Cempa oleh Prabu Brawijaya V memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain salah satunya dari Pujangga Anom Ketut Suryongalam, seorang penganut Hindu, yang berasal dari Bali.

Pujangga Anom keluar dari Majapahit, dan membangun peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai lereng barat Gunung Wilis, yang kemudian dikenal dengan nama Wengker atau Ponorogo saat ini.

Ki Ageng Ketut Suryangalam ini kemudian di kenal sebagai Ki Ageng Kutu atau Demang Kutu.

Derah yang menjadi tempat tinggal Ki Ageng Kutu dinamakan Kutu, yang kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut REOG.

Reog tidak lain merupakan artikulasi kritik simbolik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).

Dan Ki Ageng Kutu sendiri disimbolkan sebagai Pujangga Anom atau sering di sebut sebagai Bujang Ganong, yang bijaksana walaupun berwajah buruk.

Halaman:

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x