Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon

- 22 Januari 2023, 14:15 WIB
Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon
Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon /Tangkap layar YouTube.com/Annisa Khoirunnisa

Wari lais adalah sintren itu sendiri yang menjadi perlambang manusia. Terapnang sandang ira melambangkan untuk menggunakan segala pemberian Tuhan.

“Dunung alah dunung” artinya majikan duh majikan. Majikan atau penguasa di sini adalah Allah SWT, zat yang wajib disembah. Manusia jangan lupa akan Tuhan yang telah memberinya kehidupan.

Baca Juga: Kertajati Aerocity Majalengka Jadi Kota Bandara Pertama di Indonesia

“Si Dununge bahu kiwa.” Artinya, majikannya bahu kiri. Si Dununge bahu kiwa maksudnya adalah Tuhan tidak jauh dari kita.

Tuhan selalu mengetahui segala apa yang kita lakukan. Serapat ap apun kemaksiatan yang kita sembunyikan Dia Maha Mengetahui.

“Pangeran kang lara tangis.” Artinya, Tuhan yang pengasih-penyayang.

Baca Juga: Pembangunan Tol Cisumdawu Masuk Seksi 6 Wilayah Majalengka, Bandara Kertajati Siap Buka Penerbangan

Pangeran kang lara tangis maksudnya memiliki makna bahwa Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang sebagai tempat kita mengabdi dan memohon segala pertolongan.

Itulah beberapa makna pesan nilai-nilai falsafah Islam yang terkandung dalam kesenian sintren di Cirebon. Semoga kita dapat mengambil manfaatnya.***

Ikuti selengkapnya artikel kami di Google News

Halaman:

Editor: Husain Ali

Sumber: Jurnal Yaqzan 2017


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x