Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon

- 22 Januari 2023, 14:15 WIB
Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon
Menguak Pesan Dakwah Sunan Gunung Jati di Balik Kesenian Sintren di Cirebon /Tangkap layar YouTube.com/Annisa Khoirunnisa

Dalam tiap adegan dipastikan sintren selalu berkacamata hitam. Hal itu merupakan simbol bahwa manusia akan berada dalam kegelapan atau dibutakan hartanya apabila cara pandang hidup hanya pada soal materi.

Pada adegan lain sintren akan diikat dan dimasukkan ke kurungan. Simbol ini bisa diartikan bahwa diri sintren merupakan gambaran jiwa atau ruh manusia sementara kurungan adalah jasad atau kehidupan.

Baca Juga: Angka Kemiskinan di Indramayu 2022 Turun, Ini Program yang Digulirkan Bupati Nina Agustina

Jiwa manusia yang tinggal dalam jasad yang hidup seperti sintren yang terikat tali yang dibatasi geraknya oleh kurungan. Ia tak leluasa berada di dalam, diikat nafsu yang timbul dari kehidupan jasad.

Ketika jiwa manusia terbebas dari ikatan nafsunya maka ia akan keluar sebagai sosok manusia yang telah mencapai tingkat kamil (sempurna).

Sebagaimana adegan setelah beberapa waktu sintren yang dimasukkan ke kurungan dalam kondisi badan terikat tali.

Baca Juga: Jawa Timur Jadi Juara Umum PORSENI NU 2023 dengan 21 Emas

Sintren kemudian keluar dari kurungan dengan kondisi yang berubah menjadi gadis berparas cantik tanpa belenggu.

Selain itu adegan itupun dapat dimaknai sebagai simbol kematian. Jadi manusia pasti bakal menghadapi ajal dan akan dimasukkan ke alam kubur.

Sintren yang diikat adalah simbol manusia yang diikat tanggung jawab yang diberikan Tuhan yang menciptakannya. Di alam tersebut bakal hadir Malaikat Munkar dan Nakir yang menanyai manusia akan tanggunggung jawabnya selama hidup di dunia.

Halaman:

Editor: Husain Ali

Sumber: Jurnal Yaqzan 2017


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x