PORTAL MAJALENGKA - Berdasar sumber-sumber historiografi, Sunan Ampel tidak hanya mengajarkan ilmu syariat tapi juga mengajarkan tarekat dan hakikat.
Dalam Babad Tanah Jawi naskah Drajat, Sunan Ampel mengajarkan ilmu tasawuf dengan laku suluk menurut ajaran tarekat Naqsyabandiyah.
"Den Paku winulang ngaji/ ing jeng Sunan Ngampeldenta/putus ilmu sedayane/ syariat lawan tarekat/ sumerta ilmu hakikat/ nulya
winulang suluk/ ing werdi Naksabandiyah"
Baca Juga: Bukan Saja Sebagai Wali, Sunan Ampel Bupati Pertama di Surabaya
Dengan mengajarkan ilmu tasawuf,
Raden Rahmat saat itu dianggap sederajat dengan para guru suci Syiwais yang berwenang melakukan diksha (baiat) yang diberi sebutan kehormatan 'Susuhunan’.
Menurut penafsiran Sjamsudduha dalam Sejarah Sunan Ampel: Guru Para Wali di Jawa dan Perintis Pembangunan Kota Surabaya (2004),
Diperkuat dalam Babad Demak dikutip Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo, ajaran Sunan Ampel berangkat dari tiga kata: bi nashrih, tubâdil, dan dâim dengan kunci bi ru`yatil fu`âd.
Baca Juga: Kisah Sunan Ampel Ditikam Dengan Keris Oleh Penguasa Madura
Ilmu yang diajarkan itu hanya bisa dipahami melalui mata hati atau mata batin (bi ru`yatil fu`âd). Inti ajaran beliau adalah fa ainamâ tuwallû fatsamma wajhullâh. Kabiran alhamdulillâh katsîran, fasubhânallâhi bukratan wa ashîla, innî wajjahtu wajhiya.