PORTAL MAJALENGKA - Penyerangan Dyah Ranawijaya Girindrawardhana ke ibukota Majapahit, adalah awal mula keruntuhan Majapahit.
Demikian menurut Hasan Djafar Pakar arkeologi dan epigrafi dalam buku Masa Akhir Majapahit: Girindrawardhana dan Masalahnya.
Akibat perang suksesi tersebut yang berpuncak pada peristiwa terbunuhnya Brhe Kertabhumi sedikitnya terbukti dengan terpecah belahnya kekuasaan Majapahit menjadi kadipaten-kadipaten kecil yang terbebas dari kekuasaan Majapahit.
Baca Juga: Senja Kala di Majapahit, Perebutan Tahta dan Terbunuhnya Kertabhumi di Keratonnya
Jika pada masa kekuasaan Sri Prabu Kertawijaya pada tahun 1447-1451 Masehi wilayah utama Majapahit yang terpantau masih sekitar 24 negara daerah yang merupakan nagara sakawat-bhumi (negara vassal).
Seperti Daha, Kahuripan, Jagaraga, Pajang, Tanjungpura, Mataram, Pajang, Wengker, Kabalan, Tumapel, Singhapura, Kertabhumi, Kembangjenar, Lumajang, Wirabhumi, Matahun, Keling, Pandansalas, Paguhan, Kalingapura, Pamotan,
Lasem, Pakembangan, dan Pawanuhan.
Maka pada masa akhir Majapahit di bawah kekuasaan keturunan Girindrawardhana, telah bermunculan wilayah-wilayah baru seperti Demak, Pengging, Giri, Sengguruh, Tepasana, Garudha, Surabaya.
Baca Juga: Mengenal Sosok Al Kazwini, Ilmuan Ahli Ilmu Falak dan Geografi Nomor Satu
Kemudian secara organik disusul munculnya kadipaten-kadipaten gurem seperti Japara, Samarang, Kendal, Pati, Tuban, Siddhayu, Gresik, Pamadegan, Arosbaya, Sumenep, Puger, Babadan, Macan Putih, Pasuruhan, Kedhawung.