Mengenal Sunarto Martaatmadja Maestro Tarling Cirebon, Pernah Jual Jerami untuk Beli Gitar

- 31 Juli 2021, 20:00 WIB
Maestro Tarling Sunarto Martaatmadja dalam kenangan.
Maestro Tarling Sunarto Martaatmadja dalam kenangan. /Facebook Bima Manggala Yudah

Sunarto muda sangat menginginkan agar seni Tarling mampu memiliki daya pikat seperti seni Reog yang digemarinya.

Di usia sekitar 20 tahun, Sunarto mengembangkan upaya gurunya, Uci Sanusi. Ketika itu Uci mulai memasukkan unsur drama ke dalam pertunjukan seni Tarling, meskipun masih berupa fragmen sepanjang sekitar 1 jam.

Baca Juga: Tradisi Gelar Seni Budaya Nunuk

Fragmen yang digemari masyarakat dari Uci, mengisahkan tentang riwayat kakak-beradik Saida dan Saeni.

Tahun 1965 Sunarto mengembangkan unsur drama lebih panjang, hingga berdurasi sekitar 4 jam. Lagu-lagu bahkan diciptakan berdasarkan cerita yang disajikan di dalam drama.

Ada kalanya lagu-lagu dipergunakan untuk menggantikan dialog. Kala lainnya, lagu-lagu menjadi ilustrasi yang makin mengiris hati penonton.

Sunarto juga menambahkan unsur lawakan. Di Cirebon disebut bodoran.

Sejak itu, Tarling di tangan Sunarto berubah dari seni musik menjadi opera, seni teater. Sunarto layak berbangga, karena masyarakat menyambut gagasannya.

Baca Juga: Selama PPKM Darurat Objek Wisata di Majalengka Ditutup

Sejak Nada Budaya yang ia pimpin memasukkan drama dan lawak ke dalam seni Tarling, permintaan agar naik pentas langsung meningkat tajam.

Halaman:

Editor: Husain Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x