Vaksin Sinovac Punya Efikasi 65,3 Persen, Ini Penjelasannya!

- 1 Februari 2021, 12:00 WIB
Vaksin Covid-19
Vaksin Covid-19 /Media Kupang Paul/

PORTAL MAJALENGKA - Kepala Divisi Penjamin Mutu dan Regulasi PT Biofarma, Jeni Treshnabudhi mengatakan, vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech memiliki tingkat efikasi 65,3 persen yang berarti peluang seseorang terkena Covid-19 turun sebanyak 65,3 persen.

"Dengan kita melakukan vaksinasi, kemungkinan kita terpapar menjadi sakit karena Covid-19 turun sebanyak 65,3 persen. Jadi, 5M tetap berlaku karena vaksinasi tidak menjamin 100 persen kita tidak akan terinfeksi virus penyebab Covid-19," ujar Kepala Divisi Penjamin Mutu dan Regulasi PT Biofarma, Jeni Treshnabudhi dalam webinar "Vaksin Covid-19: Apa, untuk Siapa, Bagaimana dan Kapan dilakukan?", Sabtu.

Jeni mengatakan, dengan memiliki antibodi, tubuh masih bisa bertahan walau terpapar virus SARS-COV-2. Gejala yang mungkin timbul nantinya tidak berat melainkan ringan atau sedang.

Baca Juga: 3.300 Tenaga Kesehatan di Jawa Barat Ikut Vaksinasi Covid-19 Massal

Saat ini tim peneliti masih memantau sejauh mana antibodi dalam tubuh yang sudah divaksin bertahan dan menetralisir apabila terpapar virus.

Data terkini menunjukkan, antibodi dalam tubuh tersedia dalam jumlah cukup walau ada penurunan.

"Nanti akan dilihat data setelah enam bulan, satu tahun apa yang terjadi dengan level antibodi protektif ini. Jika terjadi penurunan hingga kurun waktu tertentu, akan dibutuhkan booster berikutnya untuk menaikkan kembali antibodi di dalam tubuh ke level protektif," tutur Jeni.

Baca Juga: Diduga Terkena Senjata Tajam, BKSDA Beri Sembilan Jahitan di Kepala Orangutan Berusia 25 Tahun

Mengenai efek samping, Jeni menyebutkan jarang yang masuk kategori berat. Khusus Sinovac yang menggunakan aluminium hidroksida, dia mengingatkan para calon penerima vaksin dengan riwayat alergi berhati-hati.

Sejauh ini, efek samping terbanyak berupa nyeri dan pegal di lokasi suntikan dan keletihan.

Terkait keberhasilan penurunan kasus Covid-19 di Indonesia, Jeni memprediksi kondisi ini terjadi jika program vaksinasi nasional bisa mencakup 70 persen penerima dalam waktu 15 bulan.

Baca Juga: Peringati Harlah NU, GP Ansor Jatitujuh Lakukan Bersih-bersih Masjid

Lebih lanjut mengenai vaksin di Indonesia, Dirjen SDPPI Kemenkominfo dan Tim Vaksin Nasional, Ismail menuturkan, vaksin di Indonesia terbagi dua yakni vaksin gratis dan gotong royong, dengan fokus saat ini pada vaksin gratis yang diberikan berdasarkan tahapan vaksinasi (setiap orang mempunyai giliran sesuai kategori).

Sementara untuk vaksin gotong royong masih dalam pembahasan termasuk penetapan harga oleh pemerintah.

"Untuk vaksin gotong royong akan dilakukan berikutnya tetapi berbeda dari yang lima (vaksin gratis yakni dari Sinovac, Novavac, Gavi, AstraZeneca dan Pfizer), harga akan ditentukan kemudian, siapa yang akan divaksin diprogram pemerintah.

Baca Juga: Selamatkan Bumi, Slankers Fans Club Majalengka Lakukan Penanaman Pohon

Alur pelayanan vaksinasi bagi masyarakat nantinya melalui empat tahapan, mulai dari pendaftaran di meja pertama. Di sini, calon penerima vaksin perlu menunjukkan e-ticket untuk verifikasi data yang dilakukan menggunakan aplikasi Pcare.

Selanjutnya, di meja 2, petugas kesehatan melakukan ammnesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta.

Berikutnya, petugas memberikan vaksinasi secara intra muskular sesuai prinsip penyuntikan aman sekaligus mencatat merek atau jenis dan nomor batch vaksin yang diberikan.

Baca Juga: Masyarakat dan Pemerintah Bersama Tekan Penularan Covid-19 Lewat Protokol Kesehatan

Terakhir, pada meja empat, petugas mencatat hasil pelayanan vaksinasi ke dalam aplikasi PCare.

Penerima vaksin diobservasi selama 30 menit untuk memonitor kemungkinan KIPI atau kejadian ikutan pascaimunisasi.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x