Mama Adro’i dan KH Ahmad Shobari pun berangkat dari Madura ke Kuningan via pelabuhan Cirebon.
Setelah melewati beberapa waktu di perjalanan, akhirnya mereka sampai di Pelabuhan Cirebon. KH Ahmad Shobari disana menangis.
Baca Juga: 5 Pondok Pesantren di Indramayu yang Bisa Jadi Rujukan Orang Tua untuk Tempat Anaknya Belajar
Mama Adro’i sempat menenangkannya dan menanyakan sebabnya menangis. Ternyata, KH Ahmad Shobari menangis karena haru dan bahagia telah bermimpi belajar berbagai disiplin ilmu pada Nabi Muhammad SAW langsung.
Dalam mimpinya tersebut, beliau merasa telah belajar selama 15-20 tahun. KH Ahmad Shobari beroleh ilmu Laduni karena takzimnya terhadap perintah guru.
Akhirnya sejak tahun 1869, KH Ahmad Shobari mulai mukim di Ciwedus, dan disana kemudian beliau menikah dengan Hj Fatimah, masih sodara sepupu.
Pada zaman KH Ahmad Shobari inilah Ciwedus dikenal lebih luas. Beliau juga dikenal sebagai orang yang istiqomah, serta tidak gentar melawan penjajahan Belanda. Beliau wafat di tahun 1916.
K H Ahmad Shobari terkenal sebagai orang yang menyuarakan kebenaran. Tidak takut apapun. Qul Al Haq, Walau Kana Murron.
Beliau memiliki banyak sekali santri yang kemudian menjadi ulama hebat para pendiri pondok pesantren besar. *