Karenanya beliau langsung menguji KH Ahmad Shobari ini dengan menyuruhnya menggembala kambing agar dikembangbiakan dan digemukkan.
Baca Juga: Mengenal Pendiri Pondok Pesantren Pertama di Majalengka, Syekh Faqih Ibrahim
KH Ahmad Shobari saat itupun menurut saja tanpa banyak tanya. Pekerjaan menggembala kambing dilakoni hingga 15-20 tahun sebagai bentuk takzimnya terhadap sang guru.
Takzim adalah istilah mengagungkan dalam bahasa santri, biasanya dilakukan oleh seseorang pada kyai, ulama serta kerabatanya atau orang yang dituakan karena keilmuan dan kearifannya.
Setelah dirasa cukup KH Ahmad Shobari kemudian dijemput oleh ayahnya, Kyai Adro’i. Beliau ingin anaknya untuk mengurus pondok pesantrennya di Ciwedus.
Saat proses penjemputan, KH Ahmad Shobari muda tak ditemukan di asrama pondok.
Kyai Kholil Bangkalan baru ingat, bahwa belasan atau puluhan tahun lalu beliau menugaskannya untuk menggembala kambing.
Akhirnya beliau menyuruh santri menyusulnya ke hutan, dan benar saat itu ada disana dengan banyak kambing.
Baca Juga: Sejarah Asal-usul Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Keistimewaan dan Kehebatan Kyai Abbas Buntet
Saat Kyai Kholil menceritakan bahwa kini ayahnya menjemputnya pulang, Kyai Ahmad Shobari sempat menolak.