Ryan Rudyana selaku Tim Penyelenggara Acara Layar Ketiga lainnya juga menjelaskan bahwa sinema mikro muncul pertama kali pada tahun 1994. Inisiatif ini dicetuskan oleh Rebecca Barten dan David Sherman.
Tak hanya merujuk pada sebuah produk film itu sendiri, menurut Ryan, istilah sinema mikro juga merujuk pada media yang membawanya yakni layar tancap (alternatif dari bioskop permanen).
Baca Juga: Argentina Paksa Belanda Kalah Adu Penalti di Perempat Final Piala Dunia 2022
Sedangkan bioskop layar tancap itu sendiri, di Indonesia, muncul pertama kali pada 1901 dan sempat menjadi event favorit di masyarakat. Terutama masyarakat pedesaan.
“Spirit alternatif ini menjadi inspirasi tersendiri bagi kami. Dan spirit alternatif ini pula yang menjadi alasan event ini dinamai Layar Ketiga. Kami berharap, dengan adanya event ini, kita bisa mengakses film-film indie mutakhir dengan cara penyajian klasik Layar Tancap. Berharap agar kita terpantik menciptakan film-film alternatif selanjutnya berdasarkan tema-tema di sekitar kita,” jelas Ryan.
Event Layar Ketiga ini akan berlangsung mulai 10 Desember 2022, pukul 16.00-22.00 WIB. Bertempat di Balai Desa Terusan, Sindang, Indramayu.
Baca Juga: Kejutan Perempat Final Piala Dunia 2022: Kroasia Singkirkan Brazil lewat Drama Adu Penalti
Perlu diketahui pada pertemuan pertama Layar Ketiga kali ini akan menayangkan dua film yang berjudul “Ngarot” dan “Lingsir Wengi”.
Film “Ngarot” karya Dedy Reang ini merupakan film yang mengangkat salah satu budaya dan tradisi berbasis pertanian di Indramayu.
Sedangkan film "Lingsir Wengi", karya Hanung Baramntyo ini merupakan film yang mengangkat isi salah satu komik tertua di Nusantara atau kisah yang terukir di dalam relief-relief Candi Borobudur.